Minggu, 27 Maret 2011

“Sejarah Singkat dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia”



BAB I


Kerajaan Islam Pertama di Sumatera


A. Samudera Pasai

Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan samudera pasai. Kerajaan ini terletak di pesisir timur laut Aceh. Kemunculannya sebagai kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7 dan ke-8 M dan seterusnya.Bukti berdirinya kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 M itu didukung oleh adanya nisan kubur asal Samudera Pasai. Dari nisan itu dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 692 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M. Menurut hemat penulis, mengapa dari nisan itu dipastikan seorang muslim, karena batu nisan itu diukir dengan tulisan Arab huruf Raqa’ah dan tertulis 692 H.

Al-Malikush Shaleh adalah raja pertama Samudera Pasai dan sekaligus pendirinya. Hal itu diketahui dari tradisi hikayat raja-raja pasai, hikayat melayu, dan juga hasil penelitian sarjana-sarjana barat, khsususnya sarjana Belanda seperti Snouck Hurgronye, J.p. Molquette, J.L.Moens, dan lain-lainnya. Al-Malikush Shaleh adalah gelar yang dipakai oleh pembangun kerajaan Mamluk yang pertama di Mesir, yaitu Al-Malikush Shaleh Ayub. Hal inipun memperkuat pendapat bahwa telah ada hubungan langsung dari negeri Arab. Gelar itu diberikan oleh Syarif Mekkah utusan dari Mesir.

Selain Al-Malikush Shaleh, Samudera Pasai juga memiliki raja-raja yang lain, seperti Al-Malikush Zahir I, Al-Malikush Zahir II dan Zainal Abidin. Dalam kehidupan perekonomian, kerajaan-kerajaan kecil ataupun kerajaan maritim hampir tidak mempunyai basis agraris. Basisnya adalah pelayaran dan perdagangan yang dilakukan di Samudera Pasai. Pengawasan perdagangan dan pelayaran merupakan sendi kekuasaan yang memungkinkan kerajaan memperoleh penghasilan dan pajak. Tom Pires menceritakan, setiap kapal yang membawa barang dari barat dikenakan 6 %. Selain itu, adanya mata uang kerajaan itu membuktikan bahwa kerajaan itu merupakan kerajaan yang makmur. Mata uang Dirham pernah di teliti oleh H.K.J Cowan, yang mengatakan bahwa mata uang kerajaan tersebut menggunakan nama-nama sultan Samudera Pasai. Pada tahun 1521 M akhirnya kerajaan ini ditaklukan oleh portugis, dan selanjutnya dikuasai lagi oleh kerajaan Aceh.

B. Aceh Darusalam

Munculnya kerajaan malaka dipantai barat semenanjung malaka menyebabkan Samudera Pasai kehilangan perannya dalam perdagangan dan agama Islam. Akhirnya muncul kerajaan baru yaitu kerajaan Aceh. Kerajaan Aceh terletak dibagian utara Daerah Istemewa Aceh (sekarang Kabupaten Aceh Besar). Ibu kota kerajaan Aceh bernama Kotaraja. Kerajaan ini muncul pada abad ke-16 dan berdiri empat abad dan akhirnya runtuh. Annas Machmud berpendapat, pada masa pemerintahan kerajaan Aceh Darusalam mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan, karena saudagar muslim yang sebelumnya bedagang di malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh.

Menurut H.J. De Graaf, Aceh menerima Islam dari Pasai. Raja Aceh pertama ialah Ali Mughayat Syah (1514-1528). Peletak dasar kerajaan Aceh adalah Sultan Alauddin Riayat Syah. Dalam menghadapi tentara Portugis , ia mejalin hubungan dengan kerajaan Usmani di Turki, sehingga Aceh dapat membangun angkatan perangnya yang baik.

Puncak kerajaan Aceh terletak pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda Perkasa Alam (1608-1637). Politik dalam negeri Aceh antara lain, melanjutkan perluasan wilayah timur Sumatera dan juga Minangkabau dengan tujuan menyebarkan agama Islam. Politik luar negeri Aceh bersifat bebas, artinya membuka pintu terhadap bangsa asing untuk masuk dan berkembang, asalkan tidak mencampuri urusan dalam negeri kerajaan. Aceh juga dapat menguasai selat malaka dan pada saat itu, banyak daerah yang luas dan subur ditanami lada, sedangkan yang diambil dari minangkabau ialah timah, perak dan emas.

Setelah Sultan Iskandar, penggantinya ialah Sultan Iskandar Tani. Namun timbulnya pertikaian di dalam negeri menyebabkan Aceh mengalami kemunduran. Seiring dengan mundurnya kerajaan Aceh, daerah-daerah yang dikuasai Aceh seperti johor, Pahang, perlak dan minangkabau melepaskan diri, sehingga menjelang abad ke-18 M, kesultanan Aceh merupakan belaka dari masa silam dirinya, tanpa kepemimpinan dan kacau balau.


BAB II

Tumbuh Dan Berkembangnya Kerajaan Islam Di Jawa

A. Kerajaan Demak

Sebagaimana kita ketahui, perkembangan Islam di Jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya Majapahit. Hal itu memberi peluang kepada penguasa Islam di pesisir untuk membangun kekuasaan Islam yang Independen. Dibawah Sunan Ampel Denta, Wali Songo berpendapat ingin mengangkat Raden Patah, dan semuanyapun setuju sehingga Raden Patah menjadi Raja pertama Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa. Raden patah dalam menjalankan pemerintahannnya terutama dalam persoalan agama. Sehinga pada saat itu Raden Patah berhasil membangun masjid Demak dan menjadikan Semarang menjadi pelabuhan penting. Di daerah pedalaman yang subur banyak menghasilkan beras, sehingga keperluan Demak akan beras terpenuhi.

Raden Patah memerintah kira-kira diakhir abad ke - 15 hingga awal abad ke -16. Setelah Raden Patah berhenti, ia digantikan oleh anaknya Patih Unus (sambrang Lor). Pada saat pemerintahan Patih Unus, ia merencanakan suatu penyerangan terhadap malaka sekaligus menghancurkan portugis di Asia Tenggara. Akan tetapi, sekitar pergantian tahun 1512-1513, tentaranya mengalami kegagalan. Patih unus digantikan oleh Trenggono. Ia memerintah pada tahun 1524-1546. Pada saat sultan yang ketiga inilah Islam di sebarkan keseluruh tanah jawa bahkan sampai Kalimantan.

Pada tahun 1546 dalam penyerbuan ke Blambangan Trenggono terbunuh, sehingga ia digantikan oleh adiknya Prawoto. Masa pemerintahannya tidak berlangsung lama, karena terjadi pemberontakan oleh adipati-adipati dalam kerajaan pajang tahun 1549. Dengan demikian Demak berakhir, dan dilanjutkan oleh kerajaan pajang yang dipimpin oleh Jaka Tingkir yang berhasil membunuh Aria Penangsang.

B. Kerajaan Pajang

Jaka Tingkir menjadi raja pertama kerajaan pajang dengan gelar Sultan Adi Wijoyo. Selama pemerintahan Jaka Tingkir, kesusteraan dan kesenian dipajang mengalami kemajuan dan penyebaran Islam mengalami kemajuan berkat jasa wali yang bernama Syekh Siti Jenar. Sepeninggal Adi wijoyo, kerajaan pajang diduduki Aryo Panggiri yang semula adipati Demak. Sultan baru ini tindakannya Sering merugikan rakyat. Hal ini menimbulkan rasa tidak senang di mana –mana.


Kenyataan ini merupakan kesempatan baik bagi pangeran Benowo untuk merebut tahta kerajaan. Maka berhasillah pangeran Benowo menjadi raja yang ketiga. Namun keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sutowijoyo dari Mataram. Sejak itu pajang berada dibawah pemerintahan Mataram. Riwayat kerajaan panjang berakhir pada tahun 1618. Kerajaan panjang pada waktu itu memberontak terhadap Mataram yang ketika itu dibawa Sultan Agung. Namun Pajang dihancurkanoleh Mataram dan rajanya melarikan diri ke Giri dan Suarabaya.

C. Kerajaan Mataram

Seperti yang telah dijelaskan diatas, pusat pemerintahan politik dari pajang (daerah pesisir) beralih ke daerah pedalaman, Salah satunya di Mataram yang dipimpin oleh Ki Ageng Pamanahan pada tahun 1577 M, Ki Gede Pamanahan menempati Istana barunya di Mataram. Sepeninggal Pamanahan, ia digantikan oleh puteranya Sanapati tahun 1584 dan dikukuhkan oleh Sultan Pajang. Kerajaan Mataram mempunyai beberapa penguasa, namun yang menjadi sorotan ialah, pada pemerintahan Sultan Agung. Pada masanya, dia melanjutkan usaha ayahnya Seda Ing Krapyak untuk memperluas kekuasaannya.


Pada tahun 1619, seluruh Jawa Timur praktis sudah berada dibawah kekuasaanya. Pada masa sultan inilah terjadi kontak senjata antara kerajaan Mataram dengan VOC mulai terjadi. Pada masa sultan terakhir, yaitu Amangkurat I, hampir tidak pernah reda dan komflik. Pada tahun 1677 dan 1678 M, pemberontakan-pemberotakan seperti itulah yang mengakibatkan runtuhnya keraton Mataram.

D. Kerajaan Cirebon

Kesultanan Cirebon adalah Kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati menyebarkan Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Sunda kelapa dan Banten. Pada awa abad ke-16, hubungan kota-kota pelabuhann di Jawa Barat ramai (Semak, Lotari dan Tegal). Ramainya kota tersebut karena hubungan perdagangan ekspor beras. Sepeninggalannya Sunan Gunung Jati dipimpin oleh Pangeran Ratu atau panembahan Ratu (1570). Selama pemerintahannya, terpelihara dengan baik hubungan dengan Mataram.


Panembahan ratu wafat tahun 1650 dan digantikan oleh putranya Pangeran Geriliya. Setelah Pangeran Geriliya meninggal, digantikan oleh putranya yang bernama Martawijaya dan Karta Wijaya. Pada abad ke-17 dan ke-18, kerajaan-kerajaan Cirebon telah berkembang pada kegiatan sastra yang sangat memikat. Contohnya, mengarang nyanyian keagamaan Islam suluk.

BAB III

Kesimpulan

Berkembanganya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia pada nyatanya tidak terlepas dari beberapa aspek yaitu :

a. Bidang Keagamaan

Hubungan antar satu kerajaan Islam dengan yang lain memang cukup terjalin dengan baik karena persamaan agama, terutama dalam menyebarluaskan dakwah Islamiyah. Hubungan itu pada mulanya, mengambil bentuk kegiatan dakwah, kemudian berlanjut setelah kerajaan-kerajaan Islam berdiri.

b. Bidang Politik

Dalam bidang politik, agama pada mulanya digunakan untuk memperkuat diri dalam menghadapi pihak-pihak kerajaan yang bukan Islam terutama yang mengancam di bidang politik ataupun ekonomi. Persekutuan Demak dengan Cirebon dalam menaklukan Banten dan sunda kelapa bisa diambil contoh. Contoh lain ialah persekutuan kerajaan-kerajaan Islam dalam menghadapi Portugis dan belanda. Meskipun demikian, kalau kepentingan politik dan ekonomi antar kerajaan Islam itu sendiri terancam, persamaan agama itu tidak menjamin bahwa perumusuhan itu tidaka ada.
c. Bidang Kebudayaan


Hubungan antar kerajaan Islam lebih banyak terletak dalam bidang budaya dan keagamaan. Samudera Pasai dan Aceh terekenal denga Serambi Mekah menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam. Dari sini ajaran-ajaran Islam tersebar keseluruh pelosok Nusantara melalui karya-karya ulama dan murid-muridnya yang menuntut ilmu ke sana

d. Bidamg Ekonomi

Perkembangan perekonomian kerajaan-kerajaan Islam tidak terlepas dari hubungan perdagangan dan pelayaran. Tanah-tanah yang subur ditanami beras, lada dan adanya emas dan perak menjadi bahan utama dalam meningkatkan perekonomian, terutama melalui cara ekspor इम्पोर


DAFTAR PUSTAKA

Bale, Djenen. 1992. “Ilmu Pengetahuan Sosial 2”, Jakarta: Balai Pustaka.
Yatim, Badri. 2000. “Sejarah Peradaban Islam;dirasah islamiyah”, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Hamka. , 1981. “Sejarah Umat Islam IV”, Jakarta : anggota IKAPI.
Pudya Rastana, Teguh Budi dkk. 1994. “Ilmu Pengetahuan Sosia;l Sejarah 1c”, PT Matana
Jaya Cemerlang.
H.J.de Graaf dan T.h.G.Th. Pigeaud. 1989, “Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa; peralihan
dari Majapahit ke Mataram”, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Senin, 07 Maret 2011

Perkembangan Publik Relation di Indonesia

Perkembangan Publik Relation di Indonesia

A. Pemahaman tentang makna Publik Relation

Sebelum memahami jauh tentang perkembangan Publik Relation di Indonesia, ada baiknya jika kita memahami terlebih dahulu tentang makna publik relation itu sendiri, karena dengan dapat memahami makna dari publik relation itu sendiri tentunya kita akan dapat melihat serta memahami bagaimana perkembangan publik relation di Indonesia. Lawrence W.Long dan Vincent Hazelton mengembangkan sebuah definisi baru yang lebih modern dan memadai bahwa Public Relations adalah fungsi komunikasi melalui adaptasi organisasi, mengubah atau membina hubungan dengan lingkungan dengan tujuan bersama-sama mencapai tujuan dari organisasi. Pendekatan ini menggambarkan bahwa Public Relations adalah lebih dari sekedar mempersuasi melainkan juga membantu mengembangkan kondisi komunikasi terbuka, saling pengertian/saling memahami dengan didasari ide bahwa organisasi juga mau berubah (dalam proses berperilaku dan bersikap) tidak hanya sebagi sasaran khalayak saja. Dapat dikatakan bahwa perusahaan dimungkinkan mengubah kebijakan sebagai hasil tindak lanjut dari dialog dengan lingkungannya.

B. Sejarah dan perkembangan Publik Relation di Indonesia

Public Relations di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun 1950. Perkembangan hubungan masyarakat di Indonesia bergerak menyertai kondisi politik dan kenegaraan saat itu. Pada waktu itu pemerintah Indonesia menyadari perlunya rakyat Indonesia untuk mengetahui segala perkembangan yang terjadi sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh kerajaan Belanda. Berawal dari pemikiran tersebut maka kegiatan kehumasan di Indonesia mulai dilembagakan dengan menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatan yang dilakukan lebih banyak untuk ke luar organisasi (Onong, 1991; 12) . Public relation (PR) di Indonesia mulai populer pada tahun 1950-an yakni setelah kemerdekaan Indonesia diakui oleh Belanda (27 Desember 1949), ketika Indonesia baru memindahkan pusat ibu kota dari Yogyakarta ke Jakarta.Dimana Proses pembenahan struktural serta fungsional dari tiap elemen-elemen kenegaraan marak dilakaukan oleh pemerintah pusat. Pemerintah memerlukan adanya badan atau lembaga yakni Departemen Penerangan. Namun, pada kenyataannya, departemen tersebut hanya berdedikasi pada kegiatan politik dan kebijaksanaan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah sehingga tidak menyeluruh.

Kemudian pada tahun 1962, Presidium Kabinet PM Juanda menginstruksikan agar setiap instansi pemerintah harus membentuk bagian atau divisi Humas (PR), ditahun itulah, periode pertama cikal bakal adanya Humas di Indonesia.Selanjutnya, PR berkembang sesuai dengan keadaan yang terjadi. Kata “Humas” (Hubungan Masyarakat) yang dipergunakan merupakan terjemahan dari Public Relations. Tetapi, jika kita melihat kegiatan yang dilakukan oleh Humas saat itu hanyalah mengadakan hubungan dengan masyarakat di luar organisasi, misalnya mengundang wartawan untuk jumpa pers, oleh karena itu perkembangan Humas (PR) di Indonesia saat itu,belumlah memiliki kebebasan yang sepenuhnya dalam menjalin hubungan antara Humas dengan masyarakat luas.

Sebenarnya istilah hubungan masyarakat di Indonesia tersebut belumlah tepat apabila dimaksudkan sebagai terjemahan dari public relations. Berbeda dengan konsep yang diterapkan oleh bapak PR, Ivy L.Lee, yakni di mana PR seharusnya mempunyai kedudukan dalam posisi pemimpin dan diberi kebebasan untuk berprakarsa dalam meyiapkan informasi secara bebas serta terbuka.

Hal-hal di atas disebabkan karena beberapa konsep. Sasaran PR adalah publik intern dan publik ekstern. Publik intern adalah orang-orang yang berbeda atau tercakup organisasi, seluruh pegawai mulai dari staff hingga direktur. Publik ekstern ialah orang-orang yang berada di luar organisasi yang ada hubungannya dan yang diharapkan ada hubungannya seperti pemerintah, berbagai macam perusahaan, biro iklan, LSM, dan masyarakat luas.Sedangkan kegiatan PR adalah komunikasi dua arah yang berarti dalam penyampaian informasi PR diharapkan untuk menghasilkan umpan balik, sehingga nantinya dapat menjadi bahan evaluasi perusahaan agar lebih baik. Di periode pertama tersebut, PR di Indonesia secara struktural belum banyak yang ditempatkan dalam manajemen tertinggi. Namun, Pada tahun 1967-1971, pemerintah Indonesia mulai membentuk Badan Koordinasi Kehumasan (Bakohumas). Tugas badan ini antara lain ikut serta dalam berbagai kegiatan pemerintah dan pembangunan, khususnya di bidang penerangan dan kehumasan, serta melakukan pembinaan dan pengembangan profesi kehumasan. Dan jika melihat perkembangan PR di Indonesia saat ini boleh di katakan bahwa PR di Indonesia semakin maju dikarenakan perkembangan sarana teknologi yang sangat pesat, sehingga membawa perubahan zaman. Di Indonesia saat ini Publik Relation sudah berkembang pesat artinya, tidak hanya di jalankan oleh istansi- instansi pemerintahan saja.Namun, juga di gunakan oleh instansi swasta dan berbagai bidang organisasi baik pemerintah ataupun Independen. Kini Publik relation sudah menjadi suatu bidang perkerjaan yang sangat penting di Indonesia karena dengan adanya publik relation sangat memudahkan suatu Instansi,organisasi, ataupun individu dalam menjalin hubungan kerjasama serta dalam memperoleh informasi antara suatu instansi dengan instansi lainnya ataupun antara suatu instasi dengan masyarakat luas.

REFRENSI;

-Onong, Uchyana Effendi, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, Remaja Rosdakarya, 1991

-http//: hisyamhananto.wordpress.com20100307sejarah-dan-perkembangan-public-relations.htm

Cari Blog Ini